Teori evolusi Darwin, terutama soal adapatasi untuk mendukung
kelangsungan hidup, telah menjadi dasar pemahaman dalam ilmu biologi.
Namun demikian, banyak hal dalam teori evolusi ternyata masih teka-teki. Salah
satu teka-teki berkaitan dengan mimikri, perilaku meniru spesies atau
benda lain untuk mempertahankan diri dari serangan predator. Berdasarkan
teori evolusi, suatu spesies harus memiliki mimikri sebaik mungkin
sehingga bisa lolos dari "takdir" menjadi makanan predator. Jika ada
individu yang tak mampu melakukan mimikri dengan baik, maka mereka
pasti akan menjadi mangsa.Kenyataan di alam ternyata berbeda.
Individu dengan perilaku mimikri yang buruk dan yang baik ternyata
hampir sama melimpahnya. Artinya, ada yang tak tepat dalam interpretasi
teori evolusi.Tom Sherratt dari Carleton University di Ottawa, Kanada, melakukan penelitian pada lalat apung (hoverflies) untuk memecahkan teka-teki tersebut. Lalat
apung adalah serangga tak berbahaya yang meniru kenampakan lebah dan
tawon agar terhindar dari burung. Selain meniru kenampakan, lalat apung
juga meniru suara lebah dan tawon.Sherratt mempelajari 81
spesies lalat apung dan membandingkan kemiripannya dengan lebah dan
tawon. Observasi dilakukan lewat jajak pendapat dan di laboratorium.Sherratt
menunjukkan foto setiap spesies pada beberapa orang dan memintanya
memberi nilai dari 1-10 untuk menyatakan kemiripan. Sementara,
observasi pada ciri-ciri 81 spesies tersebut juga dilakukan, misalnya
dengan melihat sayap, antena dan lainnya.Berdasarkan
penelitian, terungkap bahwa lalat apung yang berukuran lebih besar
lebih mirip lebah dan tawon daripada yang kecil. Tampak bahwa seiring
pertumbuhan lalat apung, kemampuan mimikri pun bertambah.
''Jika
Anda adalah serangga yang kecil, maka burung sudah tak tertarik pada
Anda. Anda pada dasarnya tidak menguntungkan sebagai makanan sehingga
seleksi pada mimikri lemah," kata Sherrat.
"Tapi
jika Anda adalah lalat apung gemuk, maka Anda adalah makanan bagus bagi
burung. Dan, dalam kasus itu, Anda akan mengalami seleksi lebih kuat
untuk bisa tampak seperti lebah atau tawon sehingga meningkatkan
proteksi dari predator," jelas Sherraat seperti dikutip BBC, Rabu
(21/3/2012).Hasil penelitian Sherratt dipublikasikan di jurnal Nature, Rabu kemarin.
artikel ini diambil dari: kompas.com
artikel ini diambil dari: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar